“Make Your Time for Literacy”
Jati, 11 tahun, siswa SLB Negeri 1 Sleman, tak malu-malu menyanyi merdu didepan hadirin Gerakan Literasi Sekolah (GLS) “Make Your Time for Literacy” di sekolahnya. Sejak pagi pukul 07.30 hingga 11.00 WIB Jati bersama semua teman dan seluruh guru hadir di aula sekolah yang berada di Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. Tak hanya Jati, siswa lainnya menyajikan kebolehannya masing-masing, mulai dari gobak sodor dan boi-boinan hingga puisi dan sholawatan. Membawa suasana ceria seakan keterbatasan indera tak menjadi penghalang.
Dalam sambutannya Kepala Sekolah Lestari Wuryani, S.Pd, M.Pd menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk keseriusan lembaganya yang mengurus siswa-siswi berkebutuhan khusus jenis A, B, C , D, E dan G dengan jumlah 122 anak. Make Your Time for Literacy sebagai upaya menyiapkan bekal siswa agar mampu mandiri melalui kemampuan dan kompetensi literasinya. Kolaboarasi antara Lembaga Mata Aksara, Kak Dani juru dongeng, FTBM DIY, GPMB Sleman dan KIM Ngemplak kali ini diharapkan dapat membantu mendorong iklim dan budaya sekolah terutama minat baca dikalangan guru dan siswa .
Ada Kak Dani juru dongeng mengajak siswa-siswi untuk gemar membaca melalui dongeng. Sepuluh menit tak terasa telah berlalu, Jati bersama teman teman sangat menikmati dongeng dan terhanyut dalam alur cerita. Keceriaan serta sikap kritis terbangun. Nampak terlihat bahwa ternyata anak berkebutuhan khusus sangat ekspresif, aktif, kritis dan interaktif.
Heni dari Mata Aksara dengan membawakan materi Read aloud, yaitu metode membacakan buku cerita dengan nyaring. Menurut Heni, yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat DIY, teknik ini yang sangat ampuh untuk mengajak anak menyukai buku. Dengan penuh antusias guru bersama siswanya diajak turut serta mempraktekkan metode tersebut. Nurul, salah satu guru kelas, bersama seluruh guru yang hadir, mempraktekan metode READ ALOUD. Bagi Nurul sebagai Ketua Satgas Literasi Sekolah, mengungkapkan bahwa metode ini sangat asik, mudah dan menyenangkan. Guru tidak harus mempunyai skill khusus pendongeng, namun hanya bermodalkan buku cerita dan teknik membaca yang benar saja. Alhasil siswa menjadi sangat berminat terhadap buku untuk dibacanya dan guru jadi “pede” untuk membawakannya.
Salam Literasi….
Ayo Membaca…
Sumber: Mata Aksara