Berita

Candi Morangan, Sindumartani

Keberadaan candi memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah masa lalu di Yogyakarta. Ada cukup banyak candi yang berdiri di sekitaran Yogyakarta seperti Prambanan dan Borobudur yang kini kian terkenal. Khusus di wilayah sekitaran Yogyakara, candi-candi yang berdiri diperkirakan adalah peninggalan Mataram Kuno. Satu hal yang unik adalah beberapa candi ditemukan dengan kondisi terkubur di dalam tanah. Saat ini, candi di bawah permukaan tanah yang paling ramai dikunjungi wisatawan adalah Sambisari. Namun ternyata masih ada candi-candi lain yang kini lokasinya ada di bawah tanah, salah satunya adalah Morangan.
Candi Morangan berlokasi di Dusun Morangan, Kelurahan Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Candi ini berada di tengah perkampungan penduduk. Jika ingin mengunjungi Candi Morangan dari Kota Yogyakarta, jarak tempuhnya adalah sekitar 24 kilometer dengan waktu tempuh kurang-lebih 45 menit. Rute tempuh paling cepat adalah melalui jalan utama Yogyakarta-Solo kemudian belok kiri (utara) saat sampai di pertigaan Candi Kalasan. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan melalui jalan itu sejauh sekitar 8 kilometer. Nantinya di perempatan, perjalanan dilanjutkan dengan belok kanan (timur) sejauh kurang-lebih 850 meter. Kemudian belok kiri (utara) di jalan desa sejauh 1,2 kilometer sampai Candi Morangan. Reruntuhan di Bawah Permukaan Tanah Candi Morangan memang tidak semegah Candi Prambanan dan Borobudur. Namun keberadaannya tetap saja merupakan saksi bisu sejarah kejayaan peradaban masa lalu yang pernah ada. Diperkirakan candi Hindu ini dibangun pada abad ke-9 dan ke-10, bersamaan ketika Mataram Kuno membangun candi-candi lainnya seperti Prambanan.

Ditemukan pada tahun 1884, saat itu kondisi Candi Morangan masih berupa reruntuhan yang setengah terkubur serta diselimuti semak dan pepohonan. Lokasinya saat ini berada sekitar 2,5 meter di bawah permukaan tanah. Terkuburnya Candi Morangan sangat berhubungan dengan erupsi Gunung Merapi di masa silam. Terlebih candi ini berjarak kurang-lebih hanya 16 kilometer dari puncak gunung api itu dan hanya sekitar 100 meter dari aliran lahar hujan Merapi, Sungai Gendol. Candi utama dan perwara (pendamping) di sini terbuat dari batu andesit. Konstruksi itu seperti kebanyakan candi-candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta lainnya. Candi utama menghadap ke barat dan candi pendamping menghadap timur.

Candi Morangan berlatar belakang Hindu karena terdapat peninggalan Yoni di candi utamanya. Dulu sisi utara, barat, dan selatan tubuh candi terdapat relung berisi arca yang telah diamankan oleh pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta. Sampai sekarang candi ini belum sepenuhnya selesai dipugar. Bangunan candi yang dapat dijumpai untuk saat ini adalah bagian tubuh dan kaki candi. Sementara bagian candi lainnya masih tampak seperti reruntuhan.

Meski berlatar Hindu, Candi Morangan memiliki panel relief yang diperkirakan merupakan bagian cerita Tantri Kamandaka. Relief itu menceritakan kisah harimau yang tertipu oleh seekor kambing dan biasanya hanya ditemukan di candi berlatar belakang Buddha. Jika ingin mengunjungi Candi Morangan, cukup isi buku tamu di pos keamanan saja. Peraturan pun seperti biasanya, yakni tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan vandalisme, dan tidak melakukan hal yang merusak candi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Candi Morangan, Reruntuhan Masa Lalu di Selatan Merapi”, https://travel.kompas.com/read/2019/01/16/140404527/candi-morangan-reruntuhan-masa-lalu-di-selatan-merapi?page=all.
Penulis : Anggara Wikan Prasetya
Editor : I Made Asdhiana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *